Prestasi Anak
SETIAP orangtua pasti menginginkan buah hatinya menjadi yang terbaik. Termasuk dalam menjalani pendidikan akademik di sekolah. Dan biasanya orangtua mengukur kemampuan anak dari ranking atau prestasi yang didapatkan anak saat penerimaan rapor. Bagi anak yang menduduki peringkat atas atau setidaknya tiga besar di sekolahnya sudah pasti membuat orangtua berbangga hati. Namun, bagaimana dengan anak yang mendapatkan peringkat jauh dari harapan orangtua atau bahkan mengalami penurunan prestasi? Apakah anak tersebut bisa dikategorikan sebagai anak yang bodoh? "Orangtua tidak boleh langsung memvonis dan mengatakan anaknya bodoh hanya karena sedang mengalami penurunan prestasi di sekolah. Sebab, pencapaian prestasi bukan semata ditentukan oleh intelegensi anak saja tapi banyak juga faktor lain sebagai pemicunya," ungkap Dra Mardien Suprapti Spsi, Psikolog Batam Medical Centre. Faktor yang berperan sebagai pemicu penurunan prestasi anak sebenarnya dibedakan menjadi dua yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Misalnya IQ atau kecerdasan serta EQ atau emosi anak. Sementara faktor eksternal bisa berasal dari pergaulan di sekolah, lingkungan rumah atau teman bermain atau bisa juga akibat kondisi keluarga yang kurang kondusif. "Hal penting yang harus diperhatikan orangtua adalah tingkat kestabilan emosi anak. Khususnya anak usia remaja. Sebab, kondisi emosi berpengaruh terhadap konsentrasi anak dalam menyerap materi pelajaran sekolah," jelasnya. Jika kondisi emosi anak labil, anak akan lebih gampang terpengaruh dengan lingkungan sekitar baik lingkungan sekolah, teman bermain, atau bahkan kondisi keluarga. Akibatnya anak akan kurang fokus pada target belajar atau tidak konsentrasi. Misalnya, saat ada teman mengajak bolos sekolah, nongkrong di kantin saat jam pelajaran, anak tidak akan mampu menolaknya. Lain halnya bila emosi anak dalam kondisi stabil. Sekuat apapun godaan yang ada di depannya, dia akan tetap fokus pada tujuan utamanya yakni belajar. Sehingga, apa yang ingin diraih anak bisa tercapai secara maksimal. (ndy)
Jangan Pasang Target Juara pada Anak
MENGINGAT setiap anak merupakan pribadi yang unik yang tak bisa disamakan antara satu dengan lainnya, penanganan masalah yang menimpanya juga harus diselesaikan sesuai kebutuhan dan karakter anak. "Untuk bisa memaksimalkan kemampuan anak meraih prestasi akademiknya tentunya kita harus mengetahui terlebih dulu apa penyebabnya. Sebab, untuk menyelesaikan masalah harus dilakukan berdasarkan penyebabnya," ungkap Dra Mardien Suprapti, Psikolog Batam Medical Centre. Setelah penyebab ditemukan, orangtua harus selalu memberikan support bagi buah hatinya agar bisa tetap bersemangat meraih prestasi. Sebab, dukungan dan pemberian motivasi dari orangtua bisa menjadi penyemangat anak dalam meraih prestasinya. "Motivasi sangat penting sebagai pemacu meraih prestasi. Sebab, meski anak cerdas atau pintar serta berada di lingkungan yang mendukung pencapaian prestasi, tapi bila anak tidak memiliki motivasi serta daya juang yang tinggi, mereka akan sulit mencapai prestasi secara maksimal," ungkap Mardien. Hanya saja dalam pemberian semangat pada anak, sebaiknya orangtua jangan langsung mematok target agar anak meraih peringkat tertentu. Misalnya harus juara satu, juara umum, dan sebagainya. Sebab, anak bisa merasa terbebani yang akhirnya membuat anak berada dalam kondisi tertekan. Hal ini jelas kurang bagus untuk kondisi psikologinya. "Hal penting yang lebih tepat ditanamkan pada anak adalah mengajarkan mereka agar selalu melakukan segala sesuatunya secara maksimal. Sehingga, hasil yang diperoleh juga akan memuaskan. Selain itu, orangtua juga mesti mengajarkan pada anak agar menikmati setiap pelajaran yang dijalaninya," jelas Mardien. Dan bila anak sedang dalam kondisi yang kendor, dibutuhkan peran orangtua untuk selalu memberikan semangat. Misalnya ketika anak mulai kendor dalam belajar, orangtua bisa memberikan sugesti positif serta memberikan alternatif lain pencapaian prestasi. Dengan begitu, anak akan selalu bersemangat. (ndy)
Sesuaikan dengan Kapasitas Anak
KEINGINAN orangtua untuk memiliki anak dengan banyak prestasi terkadang membuat orangtua menjadikan anak sebagai obyek untuk mewujudkan impian mereka. Sehingga, tak jarang orangtua memberikan "tugas" tambahan bagi anak melalui aneka les privat untuk mendongkrak prestasi anak di sekolah. Meskipun tambahan pengetahuan serta skill melalui les privat bukan sesuatu yang salah, tetapi orangtua tidak boleh asal menyuruh anaknya untuk mengikuti les tanpa memperhatikan kapasitas dan kemampuan anak. "Menambah ilmu melalui les privat boleh-boleh saja sebagai langkah menambah skill dan meningkatkan prestasi. Tapi berikan secukupnya saja dan jangan melebihi kemampuan anak. Sebab, anak bisa merasa terbebani, " jelas Drs Mardien Suprapti. Langkah terbaik yang bisa dilakukan sebelum orangtua memutuskan untuk memberikan les tambahan bagi buah hatinya adalah dengan mengukur kemampuan anak terlebih dulu. Selain terkait kapasitas anak dalam menerima materi yang akan diberikan, pengukuran kemampuan itu juga berhubungan dengan pengaturan waktu untuk menjalani aktivitas anak. Bayangkan bila waktu yang dimiliki anak harus dihabiskan untuk belajar dan belajar baik belajar di sekolah, les privat atau belajar sendiri di rumah, bisa-bisa anak akan kurang istirahat atau kurang waktu untuk refreshing seperti bermain dengan teman sebaya. Akibatnya anak justru akan sulit berkonsentrasi yang akhirnya membuat anak sulit menangkap materi yang diberikan. "Saat anak memiliki beban yang berat, mereka akan lebih cenderung menjadi anak yang pendiam dan menarik diri. Sehingga, sebisa mungkin tanamkan pada diri anak untuk meraih apa yang sesuai dengan kapasitas maksimal yang dia miliki," jelas wanita berjilbab ini. Dan untuk bisa mewujudkan hal tersebut peran orangtua sebagai pemberi semangat menjadi sesuatu yang penting. Karena bagaimanapun juga untuk mewujudkan cita-cita meraih prestasi dibutuhkan kerjasama yang solid antara orangtua dan anak. (ndy)
Jumat, 05 Desember 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar