Jumat, 05 Desember 2008

naruto dan hinata

sejarah bunga sakura

Tentang Bunga Sakura

bunga sakura Sakura berasal dari kata "Saku" (bahasa Jepang yang artinya "mekar") ditambah dengan akhiran yang menyatakan bentuk jamak "ra". Dalam bahasa Inggris, bunga Sakura disebut cherry blossom.

Sakura merupakan bunga nasional negara Jepang yang mekar pada musim semi (awal April hingga akhir April). Bagi orang Jepang, bunga Sakura merupakan simbol penting yang kerap diasosiasikan dengan perempuan, kehidupan, kematian, sehingga kita dapat menemukan lambang bunga Sakura di mana saja di Jepang -pada barang-barang konsumen seperti kimono, alat-alat tulis dan peralatan dapur. Bunga Sakura juga merupakan simbol untuk mengekspresikan ikatan antarmanusia, keberanian, kesedihan dan kegembiraan. Sakura juga menjadi metafora untuk ciri-ciri kehidupan yang tidak kekal bagi masyarakat Jepang.

Kesempatan langka piknik beramai-ramai di bawah pohon Sakura untuk menikmati mekarnya bunga Sakura disebut o-hanami.

Pohon Sakura merupakan pohon yang tergolong dalam familia Rosaceae, genus Prunus yang sejenis dengan pohon plum, peach atau apricot, tetapi secara umum Sakura digolongkan dalam subgenus sakura.
Bunga Sakura

Warna bunga tergantung pada spesiesnya, ada yang berwarna putih dengan sedikit warna merah jambu, kuning muda, merah jambu, hijau muda atau merah menyala. Bunga digolongkan menjadi 3 jenis berdasarkan susunan daun mahkota:

* bunga tunggal dengan daun mahkota selapis
* bunga ganda dengan daun mahkota berlapis
* bunga semi ganda

Pohon Sakura berbunga setahun sekali, di pulau Honshu, kuncup bunga Sakura jenis Someiyoshino mulai terlihat di akhir musim dingin dan bunganya mekar di akhir bulan Maret sampai awal bulan April di saat cuaca mulai hangat.

Di Jepang, mekarnya Sakura jenis Someiyoshino dimulai dari Okinawa di bulan Februari, dilanjutkan di pulau Honshu bagian sebelah barat, sampai di Tokyo, Osaka, Kyoto pada sekitar akhir Maret sampai awal April, lalu bergerak sedikit demi sedikit ke utara, dan berakhir di Hokkaido di saat Golden Week.

Setiap tahunnya pengamat Sakura mengeluarkan peta pergerakan mekarnya bunga Sakura Someiyoshono dari barat ke timur lalu utara yang disebut Sakurazensen. Dengan menggunakan peta Sakurazensen dapat diketahui lokasi bunga Sakura yang sedang mekar pada saat tertentu.
Ciri Khas

bunga sakura Ciri khas Sakura jenis Someiyoshino adalah bunganya yang lebih dahulu mekar sebelum daun-daunnya mulai keluar. Puluhan, ratusan, bahkan ribuan batang pohon yang berada di lokasi yang sama, bunganya mulai mekar secara serentak dan rontok satu per satu pada saat yang hampir bersamaan.

Bunga Sakura jenis Someiyoshino hanya dapat bertahan kurang lebih 7 sampai 10 hari dihitung mulai dari kuncup bunga terbuka hingga bunga mulai rontok. Rontoknya bunga Sakura tergantung pada keadaan cuaca dan sering dipercepat oleh hujan lebat dan angin kencang. Beberapa jenis burung dikenal suka memakan bagian bunga yang berasa manis, sedangkan burung merpati memakan seluruh bagian bunga.

Kesempatan langka piknik beramai-ramai di bawah pohon Sakura untuk menikmati mekarnya bunga Sakura disebut o-hanami. Saat melakukan O-hanami adalah ketika semua pohon Sakura yang ada di suatu tempat bunganya sudah mekar semua.

Di Jepang terdapat standar untuk menyampaikan informasi tingkat mekar bunga Sakura, mulai dari terbukanya kuncup bunga (Kaika), mekarnya 10% dari kuncup bunga yang ada di pohon (Ichibuzaki) sampai bunga mekar seluruhnya (Mankai). Bunga yang rontok segera digantikan dengan keluarnya daun-daun muda. Pohon Sakura yang bunganya mulai rontok dan mulai tumbuh daun-daun muda sebanyak 10% disebut Ichibu hazakura, sedangkan pohon Sakura yang semua bunga sudah rontok dan hanya mempunyai daun-daun muda disebut Hazakura.

Bunga dari pohon jenis Yamazakura mekar lebih lambat dibandingkan jenis Someiyoshino dan bunganya mekar bersamaan dengan keluarnya daun-daun muda.
Jenis-Jenis Pohon Sakura

Sebagian besar jenis pohon Sakura merupakan hasil persilangan, misalnya jenis Someiyoshino yang tersebar di seluruh Jepang sejak zaman Meiji adalah hasil persilangan pohon Sakura di zaman Edo akhir. Sakura jenis Someiyoshino inilah yang sangat tersebar luas, sehingga kebanyakan orang hanya mengenal Someiyoshino (yang merupakan salah satu jenis Sakura) sebagai Sakura.

Pada zaman dulu sebelum ada jenis Someiyoshino, orang Jepang mengenal bunga Sakura yang mekar di pegunungan yang disebut Yamazakura dan Yaezaki no Sakura sebagai Sakura. Di saat mekarnya bunga Sakura, ribuan batang pohon Yamazakura yang tumbuh di pegunungan Yoshino (Prefektur Nara) menciptakan pemandangan menakjubkan warna putih, hijau muda, dan merah jambu.

Beberapa jenis Sakura:

* Edohigan
Edohigan adalah Sakura yang mekar di Hari Ekuinoks Musim Semi dan bunganya paling panjang umur. Jenis-jenis lain yang serupa dengan Edohigan adalah Ishiwarizakura dan Yamadakashinyozakura yang termasuk pohon Sakura yang dilindungi. Miharutakizakura adalah salah satu jenis Edohigan yang rantingnya menjuntai-juntai, sedangkan Yaebenishidare dikenal daun bunganya yang banyak dan warnanya yang cerah.
* Hikanzakura
Hikanzakura atau disebut juga Kanhizakura adalah Sakura yang tersebar mulai dari wilayah Tiongkok bagian selatan sampai ke Pulau Formosa. Kanhizakura banyak ditemukan tumbuh liar di Prefektur Okinawa. Di benak orang Okinawa, kata "Sakura" sering berarti Hikansakura. Pengumuman mekarnya bunga Sakura di Okinawa biasanya berarti mekarnya Hikanzakura. Di Okinawa, kuncup bunga Hikanzakura mulai terbuka sekitar bulan Januari atau Februari. Di Pulau Honshu, Hikanzakura banyak ditanam mulai dari wilayah Kanto sampai ke Kyushu dan biasanya mulai mekar sekitar bulan Februari atau Maret.
* Fuyuzakura Fuyuzakura adalah jenis pohon Sakura yang bunganya mekar sekitar bulan November sampai akhir bulan Desember. Onishimachi di Prefektur Gunma adalah tempat melihat Fuyuzakura yang terkenal.

Sakura dan Buah Ceri

Pohon Sakura menghasilkan buah yang dikenal sebagai buah Ceri (bahasa Jepang: Sakuranbo). Buah Ceri yang masih muda berwarna hijau dan buah yang sudah masak berwarna merah sampai merah tua hingga ungu. Walaupun bentuknya hampir serupa dengan buah Ceri kemasan kaleng yang dikenal di Indonesia, buah Ceri yang dihasilkan pohon Sakura ukurannya kecil-kecil dan rasanya tidak enak sehingga tidak dikonsumsi.

Pohon Sakura yang menghasilkan buah Ceri untuk keperluan konsumsi umumnya tidak untuk dinikmati bunganya dan hanya ditanam di perkebunan. Produsen buah Ceri terbesar di Jepang berada di Prefektur Yamagata. Buah Ceri produk dalam negeri Jepang seperti jenis Sato Nishiki harganya luar biasa mahal. Di Jepang, buah Ceri produksi dalam negeri hanya dibeli untuk dihadiahkan pada kesempatan istimewa. Buah Ceri yang banyak dikonsumsi masyarakat di Jepang adalah buah Ceri yang diimpor dari negara bagian Washington dan California di Amerika Serikat.

prestasi anak

Prestasi Anak

SETIAP orangtua pasti menginginkan buah hatinya menjadi yang terbaik. Termasuk dalam menjalani pendidikan akademik di sekolah. Dan biasanya orangtua mengukur kemampuan anak dari ranking atau prestasi yang didapatkan anak saat penerimaan rapor. Bagi anak yang menduduki peringkat atas atau setidaknya tiga besar di sekolahnya sudah pasti membuat orangtua berbangga hati. Namun, bagaimana dengan anak yang mendapatkan peringkat jauh dari harapan orangtua atau bahkan mengalami penurunan prestasi? Apakah anak tersebut bisa dikategorikan sebagai anak yang bodoh? "Orangtua tidak boleh langsung memvonis dan mengatakan anaknya bodoh hanya karena sedang mengalami penurunan prestasi di sekolah. Sebab, pencapaian prestasi bukan semata ditentukan oleh intelegensi anak saja tapi banyak juga faktor lain sebagai pemicunya," ungkap Dra Mardien Suprapti Spsi, Psikolog Batam Medical Centre. Faktor yang berperan sebagai pemicu penurunan prestasi anak sebenarnya dibedakan menjadi dua yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal biasanya berasal dari dalam diri anak itu sendiri. Misalnya IQ atau kecerdasan serta EQ atau emosi anak. Sementara faktor eksternal bisa berasal dari pergaulan di sekolah, lingkungan rumah atau teman bermain atau bisa juga akibat kondisi keluarga yang kurang kondusif. "Hal penting yang harus diperhatikan orangtua adalah tingkat kestabilan emosi anak. Khususnya anak usia remaja. Sebab, kondisi emosi berpengaruh terhadap konsentrasi anak dalam menyerap materi pelajaran sekolah," jelasnya. Jika kondisi emosi anak labil, anak akan lebih gampang terpengaruh dengan lingkungan sekitar baik lingkungan sekolah, teman bermain, atau bahkan kondisi keluarga. Akibatnya anak akan kurang fokus pada target belajar atau tidak konsentrasi. Misalnya, saat ada teman mengajak bolos sekolah, nongkrong di kantin saat jam pelajaran, anak tidak akan mampu menolaknya. Lain halnya bila emosi anak dalam kondisi stabil. Sekuat apapun godaan yang ada di depannya, dia akan tetap fokus pada tujuan utamanya yakni belajar. Sehingga, apa yang ingin diraih anak bisa tercapai secara maksimal. (ndy)
Jangan Pasang Target Juara pada Anak
MENGINGAT setiap anak merupakan pribadi yang unik yang tak bisa disamakan antara satu dengan lainnya, penanganan masalah yang menimpanya juga harus diselesaikan sesuai kebutuhan dan karakter anak. "Untuk bisa memaksimalkan kemampuan anak meraih prestasi akademiknya tentunya kita harus mengetahui terlebih dulu apa penyebabnya. Sebab, untuk menyelesaikan masalah harus dilakukan berdasarkan penyebabnya," ungkap Dra Mardien Suprapti, Psikolog Batam Medical Centre. Setelah penyebab ditemukan, orangtua harus selalu memberikan support bagi buah hatinya agar bisa tetap bersemangat meraih prestasi. Sebab, dukungan dan pemberian motivasi dari orangtua bisa menjadi penyemangat anak dalam meraih prestasinya. "Motivasi sangat penting sebagai pemacu meraih prestasi. Sebab, meski anak cerdas atau pintar serta berada di lingkungan yang mendukung pencapaian prestasi, tapi bila anak tidak memiliki motivasi serta daya juang yang tinggi, mereka akan sulit mencapai prestasi secara maksimal," ungkap Mardien. Hanya saja dalam pemberian semangat pada anak, sebaiknya orangtua jangan langsung mematok target agar anak meraih peringkat tertentu. Misalnya harus juara satu, juara umum, dan sebagainya. Sebab, anak bisa merasa terbebani yang akhirnya membuat anak berada dalam kondisi tertekan. Hal ini jelas kurang bagus untuk kondisi psikologinya. "Hal penting yang lebih tepat ditanamkan pada anak adalah mengajarkan mereka agar selalu melakukan segala sesuatunya secara maksimal. Sehingga, hasil yang diperoleh juga akan memuaskan. Selain itu, orangtua juga mesti mengajarkan pada anak agar menikmati setiap pelajaran yang dijalaninya," jelas Mardien. Dan bila anak sedang dalam kondisi yang kendor, dibutuhkan peran orangtua untuk selalu memberikan semangat. Misalnya ketika anak mulai kendor dalam belajar, orangtua bisa memberikan sugesti positif serta memberikan alternatif lain pencapaian prestasi. Dengan begitu, anak akan selalu bersemangat. (ndy)
Sesuaikan dengan Kapasitas Anak
KEINGINAN orangtua untuk memiliki anak dengan banyak prestasi terkadang membuat orangtua menjadikan anak sebagai obyek untuk mewujudkan impian mereka. Sehingga, tak jarang orangtua memberikan "tugas" tambahan bagi anak melalui aneka les privat untuk mendongkrak prestasi anak di sekolah. Meskipun tambahan pengetahuan serta skill melalui les privat bukan sesuatu yang salah, tetapi orangtua tidak boleh asal menyuruh anaknya untuk mengikuti les tanpa memperhatikan kapasitas dan kemampuan anak. "Menambah ilmu melalui les privat boleh-boleh saja sebagai langkah menambah skill dan meningkatkan prestasi. Tapi berikan secukupnya saja dan jangan melebihi kemampuan anak. Sebab, anak bisa merasa terbebani, " jelas Drs Mardien Suprapti. Langkah terbaik yang bisa dilakukan sebelum orangtua memutuskan untuk memberikan les tambahan bagi buah hatinya adalah dengan mengukur kemampuan anak terlebih dulu. Selain terkait kapasitas anak dalam menerima materi yang akan diberikan, pengukuran kemampuan itu juga berhubungan dengan pengaturan waktu untuk menjalani aktivitas anak. Bayangkan bila waktu yang dimiliki anak harus dihabiskan untuk belajar dan belajar baik belajar di sekolah, les privat atau belajar sendiri di rumah, bisa-bisa anak akan kurang istirahat atau kurang waktu untuk refreshing seperti bermain dengan teman sebaya. Akibatnya anak justru akan sulit berkonsentrasi yang akhirnya membuat anak sulit menangkap materi yang diberikan. "Saat anak memiliki beban yang berat, mereka akan lebih cenderung menjadi anak yang pendiam dan menarik diri. Sehingga, sebisa mungkin tanamkan pada diri anak untuk meraih apa yang sesuai dengan kapasitas maksimal yang dia miliki," jelas wanita berjilbab ini. Dan untuk bisa mewujudkan hal tersebut peran orangtua sebagai pemberi semangat menjadi sesuatu yang penting. Karena bagaimanapun juga untuk mewujudkan cita-cita meraih prestasi dibutuhkan kerjasama yang solid antara orangtua dan anak. (ndy)